10 Alasan Kenapa Kita Tidak Wajib Peduli Apa Omongan atau Pikiran Orang Lain

Apa Bro-Sist termasuk orang yang peduli omongan atau pikiran orang lain?
Memang, sudah lumrah bagi manusia untuk ingin dipandang baik. Penginnya… orang lain itu menerima dan menyukai kita. Namun di waktu bersamaan, kita jadi terjebak dalam pikiran sendiri. Kita jadi penasaran dan bertanya-tanya sendiri,
“Pikiran orang lain terhadap kita itu bagaimana, ya?”
“Mereka suka ngomongin daku di belakang enggak, ya?”
“Apa sih yang biasa mereka katakan tentangku?”
Jika tidak dikendalikan, sikap seperti ini akan memberi pengaruh negatif. Kita seperti terpenjara. Mau begini, mau begitu, ragu-ragu. Takut orang akan berkata anu, atau berpikiran anu. Hubungan kita dengan mereka pun akan sedikit kaku.
Padahal dibandingkan dengan terlalu banyak memikirkan orang lain, masih banyak hal lain yang perlu diperhatikan. Lagipula ada beberapa alasan kenapa kita jangan sampai terlalu memerdulikan apa yang orang lain katakan atau pikirkan.
Apa saja? Jom!
#1. Merekanya Sendiri (Sebenarnya) Tidak Peduli Dengan Kita
Orang yang peduli bukan mereka yang berkasak-kusuk tentang kita. Bukan juga yang buru-buru menghakimi kita. Mereka bisa saja amat sangat perhatian, sampai tahu banyak hal tentang kita, tapi semua itu tak menjamin rasa peduli. Sebab orang yang peduli itu tidak hanya banyak komentar, tapi juga menawarkan uluran tangan atau solusi pasti.
~
#2. Hidup & Urusan Kita, Bukan Hidup & Urusan Mereka
Kita sudah dikaruniai mulut dan otak, sehingga berhak berbicara atau berpikir apapun. Namun apa yang orang lain pikirkan tentang kita tak berhak mendeskripsikan siapa kita sebenarnya.
Jika kita A, tapi orang lain menduga B, biar saja… kita tetap A. Kita yang menjalani kehidupan, menghadapi masalah, memutuskan dan menelan konsekwensinya. Bukan mereka.
~
#3. Mereka Tak Tahu Apa Terbaik untuk Hidup Kita
Untuk apa memerdulikan orang-orang yang bahkan tak tahu yang terbaik? Sebab pada akhirnya, hati kita sendiri yang tahu… mana yang terbaik. Orang-orang lain hanya menyediakan opsi atau pilihan ganda, ada juga yang justeru mengacaukan semuanya.
~
#4. Apa yang Menurut Orang Lain “Benar”, Bisa Saja “Salah” Menurut Kita. Vice Versa
Kita semua memiliki keunikan, selera dan pilihan tersendiri. Kita tak mesti mengikuti apa kata publik. Misalnya orang lain menganggap kalau menjadi pejabat atau pekerja kantoran itu adalah ambisi yang mesti dicapai. Kalau kita enggan, tak perlu dipaksakan. Jalani saja apa yang sedang berlangsung, selama itu baik dan benar.
~
#5. Mereka Bisa Jadi Virus untuk Mimpi yang Sedang Dibidik
Cita-cita atau keinginan kita kadang dianggap “enggak banget” oleh orang lain. Kalau kita terus-terusan khawatir akan pikiran mereka, semua itu akan menjadi ganjalan sendiri di tengah perjalanan. Kita bisa termakan omongan mereka, dan akhirnya tak sampai di tujuan yang diinginkan.
~
saya sendiri juga begitu, tidak terlalu memikirkan dengan apa yang mereka bicarakan. tapi ada satu cerita yang membuat saya harus mengambil sikap yaitu : dimana mereka membicarakan diriku seputar blog. mereka bilang, kalau diriku gada kerjaan dan tiap hari hanya nulis dan mainan hape mulu (2014) 🙁
Duh, Kangjum. Kita senasib, terutama yang dikatain kurang kerjaan, nulis mulu dan main HP terus. Hehe
Karena itulah unek-uneknya ditulis di sini, nih ^^
Aku juga merasakan hal yg sama, dihakimi dan di cap sebagai org yg gak produktif. Penilaian mereka hanya based on apa yang mereka lihat, tidak lebih.
Nah, enak nih kalo udah berbagi sama yang senasib. Hehe… Ndak apa-apa, Mbak. Mereka cuma tidak tahu, ya.. 🙂
saya sangat setuju dengan point no 1 dan 8 😀
Hehe… tosss dulu! 😀
setuju sama artikel diatas, peduli amat apa kata orang lain, kita gak minta makan sama mereka kan hehehe
Hahaha… iya, Mbak Selvy. Bahasanya cadas juga, tapi bener banget tuh! 🙂
orang itu kebanyakan mandang jeleknya..
kalo ada butuh aja pura2 baik dan ramah…cuuhh najis..
baik kok kalo ada butuhnya,,
Kadang ada yang memang seperti itu. Mungkin orang lain juga memandang demikian pada kita. Hehe… tapi yang baik2 juga ada, kok. ^^
Comments are closed.