16 Tanda-tanda Kalau Kita dan Pekerjaan yang Sekarang Sudah Saling Cocok

Kerja di mana? Sibuk apa? Ke mana saja, nih?
Berbagai pertanyaan senada sejatinya mengacu pada satu hal; menanyakan pekerjaan. Daku agak baper juga kalau sudah membicarakan topik yang satu ini. Teman-teman yang lain sudah melanglang buana, berada di bawah perusahaan atau intansi tertentu, jadwal kerjanya jelas dari jam berapa sampai berapa, seragamnya sudah ditentukan, gaji sudah mantap, dsb. Lha, daku?
Beberapa jawaban yang sering menjadi andalan hanyalah… ngajar di lembaga kursus, membantu kios orang tua, atau kalau sudah muak, ya… bilang tidur saja di rumah. Jarang daku jelaskan mengenai blog atau job menulis. Hobi sekaligus sumber pendapatan ini kadang hanya disampaikan pada orang-orang tertentu saja. Hehe…
Pekerjaan atau profesi menjadi salah-satu unsur penting dalam hidup. Banyak orang yang stress karena pekerjaan. Banyak juga yang justeru menemukan kebahagiaan dari pekerjaan. Tak jarang, banyak orang yang kita pandang sudah mendapat pekerjaan enak, tapi ternyata suka berkeluh-kesah. Mereka merasa sangat jenuh, menderita, frustasi, dsb. Pokoknya tidak menikmati. Sebaliknya, banyak juga yang pekerjaannya biasa-biasa saja, tapi ia melakoninya dengan ringan hati.
Kamu termasuk yang mana? Apa tanda atau ciri-ciri kalau kita dan pekerjaan sudah saling cocok? Jom!
- Ya Kerjaan, Ya Hobi
“Pekerjaan yang paling enak adalah hobi yang dibayar,” begitu menurut Pak Ridwan Kamil. Jadi, seyogyanya kita bersyukur jika sumber penghasilan yang sedang dilakoni sekarang merupakan sesuatu yang kita minati. Anugerah besar jika orang yang hobi melukis menjadi pelukis, yang suka mengajar jadi guru, yang suka masak jadi koki, dsb.
- Bekerja, Tapi Kita Bisa Menjadi Diri Sendiri
Pura-pura menjadi aktivitas yang sangat melelahkan. Begitu juga ketika kita bekerja, namun mesti “menyembunyikan” diri sendiri. Tetapi hal ini mungkin tak akan menjelma menjadi masalah besar jika kita masih bisa mentolerirnya.
- Merasa Bangga dan Percaya Diri dengan Pekerjaan Sendiri
Selalu mengeluh dan merendahkan pekerjaan membuat energi kita terkuras sendiri. Kita jadi tak peka atau kurang apresiasi. Yang ada… kita mempertahankan pekerjaan, tapi ogah-ogahan. Apa yang dilakoni hanya karena “terpaksa, tidak ada kerjaan lain lagi”. Kontras hasilnya jika kita begitu pédé memangku pekerjaan tersebut.
- Honornya Cocok
Uang itu ndak bisa beli kebahagiaan. Iya, tapi kalau upah atas pekerjaan yang kita sukai itu terlampau kecil, hal ini bisa jadi problem rumit di kemudian hari. Bicara jumlah memang relatif. Ada yang yang masih manyun menerima 100 ribu per bulan, ada juga yang sudah merasa cukup dengan 1M per bulan :D. Namun kalau yang sekarang sudah dirasa “pantas”, tentu kita patut mensyukuri, mempertahankan, dan bekerja sebaik mungkin, ya?!
- Waktunya Cocok
Sehari bekerja berapa jam? Waktunya fleksibel apa benar-benar terikat? Waktunya pagi, siang, atau malam? Tiap orang yang sudah sibuk bekerja tentu memiliki jam produktif yang berbeda-beda. Kapanpun itu, kita mesti memastikan kalau waktunya masih bisa dimaklumi. Baiknya sih… kita masih memiliki waktu untuk diri sendiri dan orang sekitar, tidak diserap sepenuhnya oleh pekerjaan.
- Rekan atau Kolega Kerjanya Cocok
Faktor lain yang begitu menentukan datang dari teman bekerja. Tak jarang ada orang yang begitu terganggu ketika bekerja, bukan karena pekerjaannya, melainkan karena partner-nya. Kita bisa introspeksi sendiri. Terkadang mereka memang annoying, namun kalau lebih banyak ngasyikinnya, tentu kita patut berterima-kasih atas nasib baik tersebut.
- Tidak Menjadi Sumber Depresi di Pagi Hari
Begitu membuka mata, apa yang biasanya terlintas selain gadget? Hehe… kita patut bersyukur kalau merasa begitu termotivasi karena sudah bekerja, dan mendapat pekerjaan yang tidak menjadi sumber depresi. Paling tidak, pekerjaan tersebut menjadi salah-satu hal yang mendorong kita untuk tetap bertahan dan memberi performa terbaik.
- Senang Membicarakan Pekerjaan Sendiri
Satu dari sekian tanda kalau seseorang dan pekerjaannya sudah saling cocok adalah semangatnya ketika membicarakan topik ini. Tentang bagaimana cara kita mendapatkannya, tentang kerennya profesi tersebut, tentang kecintaan kita ketika melakoninya, dsb. Ada kalanya kita memang mesti terbuka terkait job apa yang selama ini digeluti, khususnya pada keluarga, teman, pasangan, dsb.