4 Risiko Rasa Kalau Sudah Lama Tidak Menulis dan Ngeblog

Image via: theladders.com
Bisa dibilang, menulis adalah “pihak ketiga” yang menyelip dalam setiap hubungan. Menulis menempati ruang khusus di tengah hubungan saya dengan keluarga, pasangan, sahabat, dll.
Beberapa orang, termasuk saya (ngaku-ngaku) memiliki ikatan spesial dengan menulis, yang sulit dijelaskan. Sehingga ketika kami berjauhan (baca: mulai jarang menulis), saya merasa ada yang ganjil.
Sebelum dan sesudah menikah (akad 30 November 2019), hubungan saya dan menulis jadi terusik. Apalagi suami masih menikmati masa liburan. Saya pun harus fokus liburan juga. Bukankah enggak seru kalau fisik jalan-jalan, hati dan pikirannya ikut jalan-jalan juga?
Namun tidak dipungkiri, ada beberapa risiko rasa yang harus saya terima ketika berjauhan dengan aktivitas menulis.
Stres
Ya, ketika banyak draft yang harus ditulis dan diedit, rasanya tertekan sekali. Tetapi ketika tidak topik apa pun untuk ditulis, sensasinya tidak kalah stres. Ibarat pencinta kopi yang harus puasa ngopi. Kewalahan. Serasa ada yang hilang.
Kangen
Meski terdengar lebay, namun rasa rindu menulis itu memang riil. Ketika kamu sibuk dengan kegiatan apa pun, menulis kerap berkelebat. Bahkan ketika jalan-jalan, pikiran untuk menulis selalu hadir.
Sakit hati
Rasa nyeri mulai menjalar ketika kamu ingin menulis, tapi malah tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu juga merasa “mengkhianati” diri sendiri karena sudah lama tidak berkarya, atau setidaknya melahirkan tulisan bermakna.
Gelisah
Jika lama tidak menulis, ada rasa takut kalau skill yang biasa-biasa ini akan semakin terkikis. Ada kekhawatiran jadi tergoda rasa malas. Ada kecemasan, kalau jari-jemari ini akan kembali kikuk memegang pena atau menari di atas keyboard. Ada kegelisahan, diri ini akan terus terjebak dalam keadaan tanpa inspirasi dan karya nyata.
Dalam keadaan tersiksa karena sudah lama tidak menulis, memang butuh hal lain yang mengalihkan perhatian. Butuh sesuatu agar tidak larut dalam pikiran negatif.
Memang, saya bukan penulis ternama yang memiliki miliaran pembaca setia. Tapi paling tidak, saya sudah lama menulis untuk diri sendiri. Kalau Cyril Connoly sih bilangnya, ‘better to write for yourself and have no public, than to write for the public and have no self’.
Dengan kata lain, ‘lebih baik menulis untuk diri sendiri dan tidak memiliki publik (massa) daripada menulis untuk publik (umum) tapi (kehilangan) diri sendiri’.
Syukur-syukur kalau menulis untuk diri sendiri sekaligus publik juga, ya. #RD
Related
You may also like
-
Ketika Teman Jadi AlarmKetika Teman Jadi Alarm Lumrahnya, alarm dipakai untuk mengingatkan kita akan sesuatu yang ‘urgent’ ataupun sesuatu yang mengharapkan kesigapan respon kita. Tanpa alarm, mungkin kita akan
-
Kami Sudah Peka, Miss!Kami Sudah Peka, Miss! Ketika daku masih SMA, ada semacam seminar atau workshop tentang hypnotherapy. Waktu itu pematerinya mengatakan kalau konsentrasi kita itu tergantung usia. Semakin
-
Jangan Jadi Diri Sendiri…Jangan Jadi Diri Sendiri… … sebelum kita tahu diri. ~ Be yourself atau jadilah diri sendiri menjadi saran yang banyak digaungkan oleh orang-orang sukses. Mereka sudah
-
2 Dari Daftar Pekerjaan Paling Enak Tetapi Begitu Sulit dan Berat2 Dari Daftar Pekerjaan Paling Enak Tetapi Begitu Sulit dan Berat Ada yang bisa menebaknya? Jawaban apa pun bisa benar, yang penting kita menyertainya dengan argumen
-
Menggali Kekuatan Besar Dibalik Tindakan Kecil Ketika MengajarMenggali Kekuatan Besar Dibalik Tindakan Kecil Ketika Mengajar Kamis, 05 November 2015 Kekuatan besar ternyata tak mesti terlahir dari makanan. Hehe… Seperti hari ini, daku berangkat
-
Ketika Kita Tidak Butuh Motivasi, Tapi Cukup Seseorang yang MemahamiDi saat-saat tertentu, saya tidak mau curhat karena sedang malas dinasihati, dimotivasi, disemangati, diceramahi, atau diingatkan tentang positivity. Kalau saya orang barat dan sedang benar-benar dongkol
-
Dendam pun Luntur oleh Rasa SayangDendam pun Luntur oleh Rasa Sayang Jumat, 21 Juni 2013 Kebayang dilemanya saat kita tidak mendapatkan undangan ke pernikahan seseorang, namun ibu keukeuh menyuruh datang. -__-‘