5 Catatan Inti Tentang Hobi Menulis dan Kontroversi Kopi
5 Catatan Inti Tentang Hobi Menulis dan Kontroversi Kopi
Hobi menulis, Bro-Sist? Suka kopi?
Kopi menjadi salah-satu minuman paling kontroversial di dunia. Orang mengupas sisi buruknya, orang juga menguliti kebaikan-kebaikannya. Mungkin fakta ‘so sad, but true’ ini yang membuatku terus menunda waktu untuk membahasnya. Ha ha ha, alasan.
Daku tidak tahu detail tentang kopi. Bukan ahli atau pakar di bidangnya. Daku juga belum mencicipi aneka kopi dari penjuru dunia, atau pun dari sudut-sudut Indonesia. Yang daku tahu, kopi menjadi sesuatu yang ‘sebisa mungkin’ harus hadir. Kalau tidak ada, hidup serasa hampa. Rasa malas dan tak bergairah pun sering melanda. #peace
Daku juga bukan ‘penulis’, dalam artian yang sudah menelurkan karya solo via penerbit mayor, atau sudah memampangkan nama di media-media massa yang besar massanya. Tapi yang kulakukan tiap hari, membuat jari-jemariku terus menari, merangkai kata yang sekiranya bisa membawakan pesan atau informasi dengan baik. Errr… hobi.
Hobi sekaligus juga jembatan rezeki itu dijalani tiap hari. Begitu pun dengan aktivitas ngopi. Tiap hari juga. Tapi daku atur. Mayoritas hanya segelas sehari. Namun kalau tengah menjalani rough day, pasti ngopinya lebih dari satu cangkir. Akan tetapi, tetap diusahakan agar maksimalnya sampai 2 kali saja. Sesuka apapun kita akan sesuatu, porsinya jangan berlebihan. Nah, daku cuma berusaha menjalani prinsip itu.
#1. Kopi dan Kreativitas
Kafein merangsang kreativitas, juga mempercepat fungsi tubuh. Tak heran kalau kopi, yang didalamnya mengandung kafein, sering dikaitkan dengan penulis atau profesi intelektual lainnya. Begitu yang bisa daku cerna dari sebuah artikel yang terdapat dalam ezinearticles(dot)com. Daku yakin pernyataan serupa bisa ditemukan di berbagai tulisan lain.
Tapi sebenarnya kita bisa merasakannya sendiri. Kreatif, yang berasal dari kata create atau menciptakan, seakan menjadi kata kerja yang mudah dilakukan manakala kita menyeruput kopi. Ide berdatangan, kata-kata berbondong-bondong keluar atau paling tidak, pikiran kita tidak benar-benar melompong.
~
#2. Kopi dan Energi
Pagi dan kopi menjadi kombinasi yang pas untuk mengawali hari. Tak heran, suka ada orang yang merasa enggak afdhol atau begitu lemas manakala memulai aktivitas tanpa ngopi dulu. Dengan kopi, ada energi yang seakan nge-boost kita untuk bergerak atau melakukan sesuatu. Kita berinisiatif untuk berkreasi. Penulis dengan tulisannya, pelukis dengan lukisannya atau pekerja lain dengan tugasnya masing-masing.
~
#3. Kopi dan Komitmen
Daku pribadi sangat jarang ngopi sambil santai. Kalau ngopi, pastilah sambil melakukan sesuatu, dan tentu saja… menulis. Kopi mengandung kafein, yang menjadi stimulant. Otak, pikiran dan badan kita rasanya segar. Rasa ngantuk dan capek menjauh. Jadi sayang saja kalau kebugaran itu tidak dimanfaatkan untuk membuat sesuatu.
~
$4. Kopi dan Rasa Pegal
Pegal karena kelamaan berada di posisi tertentu akan berhasil mengusik tubuh. Konsentrasi atau daya fokus pun jadi buyar. Namun menurut BMC Research Note, minum kopi bisa mengurangi rasa sakit di area belakang (punggung).
Memang, ya. Kopi juga seakan-akan bisa mengendorkan otot. Hal ini tentu menjadi keunggulan tersendiri bagi berbagai pihak, khususnya penulis, yang kerap duduk berlama-lama dan posisi yang itu-itu saja.
~
#5. Kopi dan Rasa Percaya Diri
Kalau kreativitas sudah berhasil kita undang, rasa percaya diri pun akan menghampiri dengan sendirinya. Ada kalanya daku merasa ide tulisanku itu seperti konyol, enggak berbobot, kacangan, gila, dsb. Rasa itu, kalau terlalu kita ‘anggap’ dan dimasukkan ke hati, otomatis perasaan minder akan mendominasi.
Namun kadang… karena kopi sudah ngeboost kreativitas, rasa pede akan muncul sendiri. Kita akan meneruskan atau mengeksekusi ide yang sebelumnya dianggap ‘kurang waras’. Tak jarang, hasil bagus justeru berasal dari gagasan gila atau sederhana.
Daku harap tulisan ini tidak dianggap sebagai promosi atau kampanye minum kopi. Tak semua orang akan suka dan setuju atas sesuatu yang kita sukai dan setujui, kok. He he… #RD
Related
You may also like
-
Cerita PPL; The Seventh Meeting in X.5Cerita PPL; The Seventh Meeting in X.5 Kamis, 07 Februari 2013 Hari ini adalah kali ke-7 untukku menunaikan kewajiban sebagai praktikan PPL. Jadwalku sekarang adalah jam
-
Tak Selamanya Lantang itu Kuat dan Diam Itu LemahSuara lantang berpotensi mencuri atensi. Sedangkan yang diam, kebanyakan luput dari perhatian. Di dalam kelas atau ruang belajar, khususnya ketika awal masuk, seringkali ada siswa yang
-
Tak Ada Galau yang AbadiTak Ada Galau yang Abadi Minggu, 16 Juni 2013 Kebagian dosen pembimbing 1 yang super sibuk memang cukup ‘menggalaukan’. Saking sibuknya, pertemuan dengan beliau pun jadi
-
Pertemuan 1; Materi Belajar Bahasa Inggris “Introduction”Pertemuan 1; Materi Belajar Bahasa Inggris “Introduction”. Ada yang memfavoritkan atau justru sebal dengan “introduction”, alias perkenalan? Tepat pada Kamis (8 September 2016), daku melakukan pertemuan
-
Langka; Muda-Mudi Rajin MengajiLangka; Muda-Mudi Rajin Mengaji 11 Juli 2014 Heran. Sudah sore begini, bahkan sampai aku leluasa menunaikan sholat ashar, tapi Aji dan Anisa belum datang. Sementara itu,
-
Sesekali Menjadi Orang yang Tidak Tahu Diri6 Keuntungan Kalau Kita Menjadi Orang yang Tidak Tahu Diri (Sesekali) “Jadilah orang yang tahu diri…” Daku kembali mengingat pesan seorang guru semasa MTs/ SMP pada
-
Kata-kata Bijak PlagiatKata-kata Bijak Plagiat “Ingat di akhir tahun. Murid-murid akan pergi dengan kesibukan mereka dan kau tetap di tempat yang sama…” Ini bukan kata-kataku, melainkan petikan film