Apakah Setiap Tahun Baru, Kita Harus Berubah Menjadi Pribadi yang (Juga) Baru?

By: Sebastién Del Grosso
Akan ada orang-orang yang menerima postingan doa menyambut tahun baru Islam, lalu segera me-repost atau mem-forward ke yang lain, dan merekanya sendiri lupa membaca doa itu. Saking sibuknya. Well, pasti bukan kamu, ‘kan?
~
Tiap momen tahun baru, termasuk 1 Muharram 1439 H yang jatuh pada Kamis esok (21 September 2017), selalu ada hal klise yang terulang. Salah-satunya yaitu terkait perubahan diri. Kalau kata Si A sih ‘hijrah’. Kata Si B mah ‘resolusi tahun baru’. Sementara kata Si C, sambil mulutnya dimonyong-monyongin, ‘new year, new you’.
Apa pun lah bahasanya mah.
Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Enggak Perlu Membuat Resolusi Tahun Baru
Intinya kita semua sedang dalam keadaan euforia alias gembira ria menyambut tahun baru. Rasanya senang, bahagia, positif, sekaligus aneh dan geli menyaksikan orang-orang mendadak Islami, inspiratif, dan revolusioner. Ada yang bilang ingin menjadi pribadi yang lebih baik, anak yang lebih berbakti, ingin memulai gaya hidup yang lebih sehat, dsb.
Mayoritas berlomba-lomba merangkai kata, memosting ini-itu yang sekiranya aktual dan happening, atau turut andil dalam serangkaian selebrasi tahun baru. Well, tak ada yang salah dengan semua itu. Tetapi sepertinya ada yang patut dipertanyakan, cukup ke diri sendiri saja, ‘dengan semua ritual tahun baru tahunan itu, apakah kita sudah benar-benar tumbuh dewasa dan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya?’. Apa itu arti atau makna dewasa?
Apakah kita sudah tahu siapa diri kita sebenarnya?
Apakah kita jadi sosok yang memerdulikan dan memikirkan apa kata orang lain?
Apa kelebihan diri kita?
Apa kekurangan diri kita yang sangat menyebalkan dan ingin segera dienyahkan?
Apa yang membuat kita sangat tidak nyaman dalam hidup? Kenapa hal tersebut sangat mengganggu? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?
Apakah kita punya rencana hidup ke depan?
Apakah kita memiliki hubungan baik dan harmonis dengan orang-orang?
Apakah kita butuh perubahan?
Apakah kita bersedia berubah… menjadi yang lebih baik?
Dsb.
Dari waktu ke waktu, seyogyanya kita terus belajar, terus tumbuh, dan terus berubah. Arah perubahannya itu tergantung dari pilihan-pilihan yang sudah diceklis. Dan, semua itu biasanya dilakukan oleh diri sendiri. Tak ada yang bisa mendikte pilihan dan perubahan sejati seseorang.
Orang-orang lain hanya memberi saran atau masukan, pada akhirnya kita sendiri yang menentukan pilihan.
Ya, hidup sudah menyediakan aneka pilihan. Ada yang berjalan di jalur kesombongan, di jalur foya-foya, di jalur ketaatan pada Tuhan YME, dsb. Kita bisa memilihnya dengan bebas. Tetapi kita tak akan pernah bebas dari segala dampak atau konsekuensinya.
Intinya, biasanya, jika kita tak mengubah suatu hal, maka segala hal yang ada akan gitu-gitu aja. Apakah Setiap Tahun Baru, Kita Harus Berubah Menjadi Pribadi yang (Juga) Baru? #RD
Mungkin Anda Menyukai
-
Pertanyaan “Apa Kabar” Tak Mesti Dijawab “Baik-baik Saja”, Jujur juga Tak Apa“Apa kabar?” “Gimana kabarnya?” Ada seorang teman yang rutin melontarkan pertanyaan di atas. Padahal kami cukup sering chattingan. Misal Jumat dia chat duluan dengan menanyakan kabar,
-
Cerita PPL; The Fourth MeetingCerita PPL; The Fourth Meeting Senin, 28 Januari 2013 Tak bosan, aku berkejaran dengan waktu untuk sampai ke sekolah tepat waktu. Makin ke sini, yang timbul
-
6 Langkah Mudah Ketika Kartu ATM BRI Tertelan6 Langkah Mudah Ketika Kartu ATM BRI Tertelan Tak hanya manusia, mesin ATM juga ada errornya… Pada Sabtu (05 Agustus 2017), saya mengunjungi salah-satu mesin ATM
-
Baik, Positif, dan MunafikPernah enggak ada sosok yang menawarkan ‘sesuatu’, lalu lama-lama ‘meminta ini-itu’? Setelah kita tidak bisa memberikan hal yang mereka minta, mereka pun raib dengan sendirinya. Contoh
-
ACC Dosen Pembimbing 2; Jangan GR dulu!ACC Dosen Pembimbing 2; Jangan GR dulu! Kamis, 11 Juli 2013 Belum usai kebahagiaan yang ‘menggantung’ atas di ACC-nya skripsiku oleh Dosen Pembimbing 1, hari ini
-
OMG! Waktunya Sidang Skripsi!OMG! Waktunya Sidang Skripsi! (Bonus 7 Tips Ketika Sidang) Sabtu, 20 Juli 2013 Satu-persatu teman seperjuanganku dipanggil ke ruang sidang. Bergiliran, mereka keluar-masuk dengan ekspresi beragam.