Benarkah Cerita Sangkuriang (Sebenarnya) Terjadi di Kuningan?
Benarkah Cerita Sangkuriang (Sebenarnya) Terjadi di Kuningan?
Sejak dulu dongeng “Sangkuriang” memang diklaim sebagai dongeng yang terjadi di Kuningan, Jawa Barat. Gunung Tangkuban Perahu dan Sungai Maneungteung atau Sungai Cisanggarung yang terletak di kawasan Kecamatan Cidahu – Kuningan dianggap sebagai saksi bisu sekaligus bukti akan peristiwa itu.
Salah seorang narasumber bernama Bapak Caslam, asal Desa Cikancas – Kecamatan Cidahu – Kuningan, begitu ngotot mengatakan bahwa Sangkuriang memang terjadi di Kuningan. Gunung, sungai dan gosali tempat membuat “bedil” (senjata) yang dipakai Sangkuriang menjadi bukti yang kuat. Beliau meyakini kalau cerita itu benar-benar terjadi salam kehidupan masa lalu.
Alur Sangkuriang versi Kuningan tidak jauh berbeda dengan cerita aslinya di Bandung. Hanya ada beberapa perbedaan dengan Sangkuriang versi Bandung. Nama tokoh Sangkuriang versi Kuningan yaitu Sihung Rasa. Pertemuan Sangkuriang dan Dayang Sumbi, kalau versi Bandung itu di sungai, maka versi Kuningan yaitu dalam sebuah acara pertemuan ibu-ibu. Tepatnya ketika seorang warga melaksanakan acara “ngarupus”, yakni tradisi ibu yang baru melahirkan secara tradisioal.
Perbedaan lainnya, di versi Kuningan, penemu serta yang membesarkan jabang bayi Dayang Sumbi adalah seorang nenek dan kakek Maringgi yang secara tidak sengaja mendengar tangis bayi dalam rerimbunan pohon.
Perbedaan terpenting, di versi Kuningan terdapat alur cerita yang sangat menarik. Yakni ada pesan moral dan filosofis yang sangat berharga untuk kita tiru. Sihung Rasa meminta kedigjayaan pada ayahnya Si Tumang, lantas ayahnya memerintahkan Sihung Rasa untuk menemui matahari.
Setelah selesai berkelana pada matahari, awan, angin, gunung dan hewan landak, ternyata Sihung Rasa harus kembali pada orang tuanya (Tumang) dalam hal meminta kedigjayaan, meminta restu. Intinya, ternyata yang perlu dijunjung dan dipuja bukanlah matahari, sungai, gunung dll tetapi orang tua itu sendiri.
Diluar itu semua, persoalan seputar kebenaran asal cerita Sangkuriang masihlah misteri. Benarkah cerita tersebut terjadi di Kuningan sedangkan Bandung hanya mengekor? Atau mungkin malah sebaliknya? Wallaahu a’lam. [#RD]
Diolah dari tulisan : Pak Nana M., M.Si (Dosen UNIKU & Pegiat Sastra di Kuningan)
Mungkin Anda Menyukai
-
Kehangatan Reunian & Kesegaran Kwetiau Siram Berpadu di Kota KuninganKehangatan Reunian & Kesegaran Kwetiau Siram Berpadu di Kota Kuningan Sabtu, 5 November 2016 Mie. Bahan makanan yang satu ini nempel di hati. Hari itu pokoknya
-
Kedai Kopi Dua4, Tempat Ngopi Instagrammable di Kuningan Jawa BaratKedai kopi seperti apa selalu yang ingin dikunjungi? Jika dulu kita memilih tempat ngopi yang enak, harga terjangkau, dan tempatnya strategis, maka sekarang kriterianya melebar. Kita
-
Pertemuan dengan Orang Tua Ega Noviantika “Naon Cing”Pertemuan dengan Orang Tua Ega Noviantika “Naon Cing” Ada orang Kuningan di sini? Atau, adakah yang jadi fans Ega D’Academy 2? Pastinya sekarang-sekarang ini masih sedang sedih, ya.
-
5 Catatan Utama Seputar Upacara Seren Taun Kuningan1. Seren Taun Adalah… Sebelum lebih jauh, kita coba bahas arti kata seren taun itu sendiri, ya. Seren dalam bahasa Sunda bisa berarti serah, menyerahkan, atau
-
Kumpulan Quote dari Buku “Tuhan, Aku Divonis Cuci Darah”Kumpulan Quote dari Buku “Tuhan, Aku Divonis Cuci Darah” Cuci darah atau… mati? Begitu kira-kira yang ada di benak Teh Lien (almh) ketika pertama kali mendapat
-
Kata-kata Super dari Pak RektorKata-kata Super dari Pak Rektor Rabu, 26 Februari 2014 Assalamu’alaikum Wr. Wbr. Bismillah, alhamdulillah, laahaulawalaa quwwata illabillah. Asyhaduallaailaahaillallah wahadahu laasyarikalah, waasyhaduanna muhammadan ‘abduhu warosuluh. Alloohumma sholli ‘alaa