Hal-hal yang Salah Kaprah di Hari Lebaran
Hal-hal yang Salah Kaprah di Hari Lebaran
Sebelumnya, segenap pengelola rosediana.net mengucapkan…
“Selamat Hari Raya Idul Fitri ya, Bro-Sist. Mohon maaf atas semua postingan yang keliru atau kurang berkenan. Semua itu semata-mata kesalahan kami. Semoga di lain waktu kami bisa memperbaiki dan menebusnya dengan sesuatu yang lebih baik. Mudah-mudahan juga, tempaan Ramadhan yang sudah dilewati bersama bisa kita maknai dan amalkan untuk hari-hari depan”.
Aamiin…
Well, Bro-Sist. Meski lebaran sudah datang dan pergi, namun ada banyak tradisi atau kebiasaan khas lebaran yang tiada terganti. Mulai dari mudik, bersilaturahim, mengirim ucapan minta maaf, bersalaman, bikin ketupat, dsb. Sayang, dari sekian banyak tradisi tersebut, ada beberapa yang ternyata keliru aka salah-kaprah.
Apa saja? Jom!
#1. Memaknai minal aidzin wal faidzin. Jangankan secara personal, banyak iklan atau ucapan orang terkenal yang sering mengutarakan ucapan selamat lebaran dengan “minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin”. Sebagai orang awam, bukan salah kita untuk menyimpulkan “oh jadi minal aidzin wal faidzin itu mohon maaf lahir dan batin…”. Padahal ternyata BUKAN itu makna sebenarnya. Makna asli dari ucapan minal aidzin wal faidzin itu adalah “semoga kita termasuk orang-orang yang kembali (menjadi fitrah atau suci) dan mendapat kemenangan”.
#2. Memberi angpau atau amplop lebaran tanpa menyisipkan pelajaran soal uang. Yang pernah jadi anak-anak dan pernah mendapat angpau mungkin masih ingat? 😀 Lebaran adalah “masa suburnya” anak-anak. Pendapatan kita bisa tak terduga banyaknya. Kita pun bisa jajan ini-itu, beli mainan anu, naik wahana inilah-itulah, dsb. Orang tua pun tidak bisa “mengintervensi” uang kita, makanya penggunaan uang sepenuhnya menjadi hak kita. Padahal… baiknya orang tua atau orang yang lebih dewasa dari penerima angpau itu tidak melakukan pembiaran, melainkan memberi pelajaran soal uang.
Caranya memberi pelajaran tentang uang lewat angpau pada anak: #1. Jelaskan bagaimana seseorang (yang memberi angpau padanya) mendapat uang, #2. Tanya apa yang diinginkan dan katakan kalau angpau itu terkumpul maka permintaannya bisa terkabul, #3. Karena mendapat uang tidak mudah dan karena belum ada kebutuhan mahal untuk ditebus maka baiknya hasil angpai tersebut ditabung, #4. mencatat berapa uang yang didapat dan akan dialokasikan untuk apa saja dan #5. mendermakan sebagian uang tersebut sebagai wujud syukur.
#3. Makan yang melampaui batas. Suka ada yang nyeletuk, “puasa kemarin turun 3 kg, 3 hari pertama lebaran juga pasti sudah naik lagi”. Mungkin benar adanya, mengingat sebagian dari kita gemar menumpuk makanan; yang banyak, yang beraneka ragam, serba daging, serba manis, dsb. Karena sudah ‘kangen’ makan-minum di siang hari, kita pun jadi kurang bijak. Segala masuk perut. Misalnya yaitu memakan daging sapi berikut daging ikan-ayam-kambing-kelinci-burung juga. Lalu memakan camilan ini-itu (ini nih yang menggoda -_-). Tak heran selepas lebaran banyak yang mengeluhkan sakit perut, kolesterol naik, tekanan darah tinggi, dsb. Duh.
Baca juga: Hal-hal yang jungkir-balik di akhir Ramadhan.
#4. Tidur sehabis makan. Sebagian kaum muslim begadang ketika malam takbiran. Ada yang masak, takbir keliling, ngobrol, dsb. Lalu besoknya kita silaturahim dan… makan besar. Nah bisa ditebak apa hasil kolaborasi dari “makan banyak” dan “mata orang begadang”, tentu ngantuk berat dan tepar. Tapi masih mending kalau langsung ‘bangkit’ ketika waktu sholat tiba. 🙂
#5. Menyalakan mercon atau petasan berlebihan. Memang kalau enggak ada yang satu ini, suasana jadi kurang ramai atau semarak, gitu. Tapi ada beberapa hal yang ternyata disayangkan; menghamburkan uang, berisiko, bising atau mengganggu sebagian orang yang kurang nyaman dengan suaranya.
#6. Seperti “menganjurkan” penampilan baru. Belum selesai stress kita karena harga kebutuhan naik, pemicu stress lain datang. Jelang lebaran, kita seperti ‘terpacu’ untuk berpenampilan baru; bajunya, potongan rambutnya, alas kakinya, cat rumahnya, dsb. Memang enggak terlarang, tapi peluang untuk pamer dan sombong jadi lebih besar.
Mudah-mudahan kelalaian kita diampuni Allah Swt, ya. Aamiin… Nah ada lagi enggak, Bro-Sist? #RD
Mungkin Anda Menyukai
-
“Kamu Udah Mutusin silaturahmi!”“Kamu Udah Mutusin silaturahmi!” “Kau telah memutuskan silaturahmi!” Seseorang mengecamku secara langsung, tanpa perantara siapapun. Meski masih melalui pesan inbox fesbuk, namun ucapan dan tanda serunya itu
-
Kekuatan Tak Biasa Dibalik Gesture atau Tingkah SederhanaKekuatan Tak Biasa Dibalik Gesture atau Tingkah Sederhana Kamis, 19 November 2015 Percayakah, bahwa gesture kecil itu justeru sering membawa dampak besar? Daku yakin banyak orang
-
Ada yang Menebak “Teman Dekat”Ada yang Menebak “Teman Dekat” Allah Swt. meng-ACC salah satu keinginanku untuk memiliki anak didik tingkat SMP/Mts. Tanpa kuduga, Pak Yudi dan Pak Iwan memberi amanah
-
Kesal Diganggu Nomor yang Tak DikenalKesal Diganggu Nomor yang Tak Dikenal Membahas topik seperti ini, kita jadi diingatkan pada masa lalu, ya. Dulu aktivitas ponsel yang populer hanya sekadar sms-an dan
-
Monster itu Bernama MoodyMonster itu Bernama Moody Salah-satu kebahagiaan besar yang sering terlupakan adalah... menyadari kalau diri kita moody, tapi masih ada saja orang yang tetap memaklumi atau memahami.
-
Belajar Dari Tiang Listrik; Kuat dan Tegar SekaligusDaku dan seorang teman perempuan pergi ke tempat fitness. Kami masih mengenakan sandal, sebab tadinya hanya berniat untuk jalan-jalan pagi saja. Sampai kemudian ada seorang lelaki