Menggebu Di Tahun Baru
Menggebu Di Tahun Baru
“Hanya tahun dengan angkanya yang baru. Angka dengan pesannya yang satu; Kita masih beradu pacu dengan waktu.” *
Jelang tahun baru, orang-orang mendadak sibuk. Sebagian (termasuk penulis. hehe) mempersiapkan selebrasi pergantian tahun dengan variasi cara. Ada yang bikin schedule untuk kumpul dengan teman, pasangan maupun sekedar keluarga atau kerabat. Seumpama ritual, semua itu telah dianggap menjadi sesuatu yang otomatis mesti dilaksanakan. Adapun caranya, ada yang sekedar begadang menanti jam menuding angka 00.00, menghitung mundur dari 10-1 lalu mendentumkan petasan, memanen kembang api, menodongkan corong terompet sebising mungkin, barbeque, makan-makan, menonton film, karaoke, mabuk-mabukan, bercinta, pesta narkotika, konvoi, dst.
Penulis menikmati perayaan itu sebagai ajang silaturahm untuk mempertahankan kehangatan dengan orang-orang terkasih. Dengan janjian untuk berkumpul di salahsatu tempat, khususnya yang berdekatan dengan tempat puncak acara, penulis dan teman-teman begitu antusias. Demi menunggu tengah malam tiba, berbagai cara dilakukan.
Akan sangat jarang jika kami menunggunya dengan tidur lebih awal. Kalau tidak menonton banyak judul film, kami akan memasak sesuatu sebagai teman ketika perbincangan. Begitu tengah malam makin dekat, tak ayal kami begitu girang. Waktu merayap cepat. Tak terasa telah sampai pada hitungan mundur. Dan, pemandangan yang kami incar pun datang. Ya, taburan kembang api di langit, pekikan petasan dan terompet serta seruan manusia menyambut bergantinya angka.
Sekitar satu-dua jam, semuanya usai. Malam kembali lengang. Atau, yang terdengar hanya orang-orang menguap, mengetik sms untuk menyebarkan ucapan tahun baru, update status di berbagai jejaring sosial, memanjatkan resolusi atau mimpi, deru kendaraan yang hendak pulang, obrolan-obrolan kecil dan sisa-sisa suara lain. Lalu kami kembali ke rumah dan mendapati mata yang begitu payah. Di sana tak ada pilihan terbaik, selain segera tidur. Tak jarang malah sampai kesiangan. Hari pertama, perubahan yang paling mencolok adalah mengganti pagi-siang sebagai arena ‘balas dendam’; tidur yang cukup panjang. Hm, tapi itu masih mending dibanding sebagian orang lagi yang (maaf) memborong kondom, miras serta narkotika. Hari di tahun yang baru malah diisi dengan pesta yang merusak jiwa. Naudzubillaah…
Begitu ya, tahun baru… Dan khusus tahun sekarang, penulis tidak membuat perayaan. Mindset-nya seolah berubah. Heuheu… Namun hampir dipastikan sebagian orang tetap akan bergelora menyambut moment itu. Moment di mana satu angka di belakang tahun akan bertambah; dari 0 ke 1, 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, dst. Secara numeric memang demikian. Itu sudah pasti. Namun secara mental, who knows?
Wajar, kontroversi pun mengemuka. Ada yang mendewakan selebrasi tersebut, ada juga yang mencibirnya. Dengan berbagai alasan yang cukup kuat, normal saja jika mereka beradu pendapat. Toh masing-masing orang punya nalar dan pendapat yang berbeda. Yang jelas, sisi negative dan positifnya harus diakui memang ada. Selain sisi negative yang penulis sebutkan sebelumnya, ada juga sisi positif yang penulis saring dari berbagai opini. Diantaranya tahun baru bisa menjadi ladang rezeki bagi para penghibur, penjaja makanan, pedagang terompet, kembang api, arang, ayam potong, jagung, dst. Derai kembang api dan ‘kegaduhan’ tengah malamnya pun (siapa tahu) menciptakan sungging senyum atau hiburan untuk seseorang. Entah untuk anak kecil, remaja, dewasa maupun orang tua yang jarang merasakan keramaian.
Yang jelas, tahun demi tahun datang bergantian. Mereka tiba dengan berbagai pesan; Sudahkah mimpi kita terwujud? Sudahkan hati lebih berseri? Sudahkah menerima kenyataan dan memperbaikinya? Sudahkah menjadi orang yang bermanfaat? Sudahkah berubah?
Pendeknya, sudahkah kita menggunakan waktu dengan semestinya??? Wallaahu a’lam [*]
*Status fesbuk 01 Januari 2013
Mungkin Anda Menyukai
-
“Boleh Nanya, Enggak?”“Boleh Nanya, Enggak?” Kamis, 23 Mei 2013 Entah kenapa, akhir-akhir ini banyak yang menghubungiku lalu kemudian bertanya, “Boleh nanya, gak?” 😀 Dari sekian yang bertanya “boleh
-
Membuat “Self Reflection” Ketika MengajarMembuat “Self Reflection” Ketika Mengajar Kuliah di Fakultas Keguruan tanpa pengalaman mengajar? Atau, kuliah di program studi Bahasa Inggris tanpa pernah mengajar Mapel Bahasa Inggris? Rasanya
-
Mengajari Laki-laki, Mempelajari Laki-lakiMengajari Laki-laki, Mempelajari Laki-laki Kata laki-laki, perempuan adalah makhluk yang sulit dimengerti. Kalau dibalik, kata perempuan, laki-laki juga jadi makhluk yang sulit dipahami. Bagaimana? Setuju, tidak?
-
7 Pelajaran Ketika Hiatus atau Vakum Dari Media Sosial7 Pelajaran Ketika Hiatus atau Vakum Dari Media Sosial Media sosial. Siapa yang tahan lama-lama hidup tanpa media sosial? Tanpa mengeluh, gitu. Sebagian besar orang sudah
-
Cerita PPL; The Seventh Meeting in X.5Cerita PPL; The Seventh Meeting in X.5 Kamis, 07 Februari 2013 Hari ini adalah kali ke-7 untukku menunaikan kewajiban sebagai praktikan PPL. Jadwalku sekarang adalah jam
-
Meninggalnya Seorang Ulama; Padamnya Pelita Umat ManusiaMeninggalnya Seorang Ulama; Padamnya Pelita Umat Manusia Akhir-akhir ini, orang-orang di desaku tengah dirundung duka. Pasalnya seorang ulama, kyai, ajengan, atau intinya “Bapak” dari jemaah kaum muslim