Perbedaan Selera Dalam Penjurian Lomba Sastra
Perbedaan Selera Dalam Penjurian Lomba Sastra
Selera sastra Bro-Sist cenderung ke arah apa? Maksud daku… apa lebih ke karya dengan majas-majas tertentu? atau ke karya yang ‘ngepop’ dan mudah dicerna? atau ke karya yang satir? Atau yang berbau humor? Dsb.
Alhamdulillaah… Seleksi 1 untuk Agenda UNSA Ambassador 2016 yang sempat daku bahas di blog ini sudah selesai, tepat pada 7 September jam 12 siang kemarin. Daku rasa Uncle Dang Aji Sidik, sebagai pendiri sekaligus pimpinan UNSA, sudah membuat keputusan nekad.
Beliau memintaku menyaring semua peserta yang daftar, agar didapat sebanyak 5 nominator saja. What? Daku tak habis pikir, sebab sudah sangat lama tidak ‘mengandung dan melahirkan’ karya fiksi. Mengingat hal ini daku jadi sedih. Tapi daku tidak ke mana-mana, kok. Masih di dunia tulis-menulis. Hanya saja sedang kesemsem sama penulisan artikel. Hehe…
Tapi untung… beruntung sekali! Beliau mengutus Ken Hanggara, sang UNSA Ambassador tahun 2015 ini, sebagai rekanku dalam misi penjurian ini. Daku jadi baikan. Ken yang lebih ahli di bidang fiksi akan mengurangi risiko ‘asal pilih’. Dia pasti jeli dan sebisa mungkin mencari yang terbaik untuk grup Untuk Sahabat.
Proses Penjurian Karya Sastra
Menjelang deadline, daku membuka email Unsam aka UNSA Ambassador. Seperti kata Ken, inbox ‘diserang’. Banyak yang mengirim di waktu-waktu mepet, rupanya. Menjadi kebiasaan bagi sebagian orang. 😀
Daku mengambil waktu dan mendedikasikannya khusus untuk ‘melahap’ karya yang sudah masuk. Ketika proses itu, Ken mengirim pesan. Dia menyampaikan 5 nama yang sudah disaringnya, versi dia sendiri. Dia menanyakan bagaimana pendapatku. Tapi daku minta waktu.
Soal penjurian, yang perdana daku lakukan ialah… menelisik apa peserta mengikuti persyaratan dasar dulu atau tidak. Kalau tidak, mohon maaf akan segera didiskualifikasi. Misalnya apakah karyanya berbentuk lampiran, apakah ukuran kertas-jumlah maksimal kata-jenis huruf dsb sesuai aturan yang ditetapkan (kalau ada), apakah karya yang diajukan sesuai dengan yang dipinta (misal meminta cerpen dan puisi, tapi yang dikirim malah novel), dsb.
Perbedaan Hasil Penjurian
Barulah setelah itu daku membacanya satu per satu. Beberapa kali dadaku mesti berdesir oleh rangkaian kata yang indah, berkesan dan menggugah. Daku juga serasa tertampar bolak-balik, sebab sudah lama tidak membuat cerpen atau puisi dan sekarang malah dipercaya menjadi juri. -_-
Dahiku mengernyit. Daku sengaja membuat folder khusus untuk karya yang daku anggap bagus dan laik masuk ke babak seleksi selanjutnya. Begitu sudah selesai, daku bukan folder itu dan hasilnya masih lebih dari 5 nama. Ya ampun~ susahnya mengerucutkan yang terbaik diantara yang baik-baik!
Daripada nangis sesenggukan, daku ajukan 6 nama pada Ken. Hasil kami sedikit lain. Daku memang tidak terpaku pada 5 nama yang Ken berikan sebelumnya. Tak apa kalau berbeda… Dan daku baru sadar begitu Ken bilang,
“Nama yang sama diantara kita ada 3. Otomatis mereka masuk, ya?!”
“Oh… oke. Masih ada waktu. Kita kaji saja lagi yang 2-nya, ya?!”
Di saat yang sama, Uncle Dang Aji Sidik sudah meminta hasilnya. Tadinya kami mau mengumumkan hasil tersebut seminggu setelah deadline, tapi karena keputusannya sudah didapat, jadi tak ada salahnya untuk dipublikasikan lebih awal. Hanya saja, baru 3 nama yang fix. Ken pun menyerahkan yang sudah ‘pasti’ dulu.
Jauh di lubuk hati, aish… daku pengin memasukkan semuanya. Daku menaruh kepercayaan besar bagi semua peserta, bahwa mereka sudah siap menanggung risiko akan tugas seleksi Unsam berikutnya serta sudah memantapkan diri untuk meningkatkan kemampuan di bidang literasi. Sayang… tak semua nama bisa diloloskan. :/
“Ken, apa pertimbangannya milih Si A dan Si B?” tanyaku, memulai diskusi untuk perbedaan hasil yang terjadi.
“Si A justeru lebih matang dari yang lainnya. Pilihan bahasanya kental sastra koran, sesuai target pembaca cerpen pilihan UNSA. Plus sudah punya buku, yang katanya laris…”
Oh Ken memang juri yang keren. Dia sampai menelisik latar-belakang, pengalaman atau prestasi-prestasi peserta. Bukan kepo, tapi teliti. Semua demi yang terbaik bagi grup Untuk Sahabat UNSA 🙂
“Kalau Si B… tulisannya simpel, enggak ribet. Pesannya juga kuat,” imbuh Ken di pesan fesbuk.
“Yang A setuju…” Daku mengakui, “Cuma menurutku, eksekusi endingnya itu kecepetan,” kataku sok tahu.
Kami pun memutuskan kalau A pilihan Ken masuk. Cuma daku agak keberatan dengan B. Sekali lagi. Bukan karyanya jelek, melainkan menurutku ada yang lebih bagus.
“Kalau dari Mbak bagaimana?”
“Si C, daku suka pemilihan kata-katanya. Tapi memang sih, banyak pengulangan. Yang D, simpel tapi rapi (bukan rapi tulisannya saja, ceritanya juga). Nah… kayaknya daku pengin ngasih kesempatan sama E, Ken.”
Begitulah fungsi diskusi atau tanya-jawab tentang pendapat ini. Kita jadi lebih terbuka tentang pendapat sendiri, serta lebih bisa mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat orang lain. Nah setelah adanya jeda, kami berdua pun menemukan titik temu; mengusung nama E.
Tanpa sadar, hasilnya cukup unik. 3 nama pilihan berdua, 1 nama dari Ken dan 1 nama lagi dariku. Hehe… Fakta menariknya lagi, seperti komentar Mbak De Lizta… pesertanya ‘berpasangan’. Ada lima peserta laki-laki dan 5 peserta perempuan. Benar-benar tidak dikonsep sama-sekali. Kebetulan? Bisa jadi~
Nah, fix sudah 10 finalis yang terdiri dari 5 orang yang diundang Admin dan 5 orang lagi dari audisi atau seleksi umum. Seperti yang Uncle DAS bilang, mereka bakal menghadapi serangkaian tugas yang sudah disiapkan oleh Pansel Unsam. Mereka adalah…
- Aris Rahman
- Umar Affiq
- Vendo Olvalanda
- Melati P Putri
- Tia Man
- Ilham Fauzi
- Anung D’Lizta
- Ree
- Ajeng Maharani
- Ali Wirasatriaji
Tugas Perdana Para Finalis
Untuk seleksi selanjutnya menjadi tugas admin lain. Uncle Dang Aji Sidik awalnya mengajukan siapa admin yang bersedia memangku misi ini. Namun nampaknya semua bergeming. Bukan karena tidak peduli, melainkan… ah, amanahnya lumayan berat. Untuk itu, beliau pun menunjuk Aiman Bagea. Dia adalah penulis cerpen dan novel yang serba bisa. Spesialisasinya di genre yang romantis, begitu. Tapi dia juga bisa bikin kita ngakak dengan karya komedinya. Cowok keren!
Ketentuan Tugas Pertama Para Finalis
- Setiap finalis Top 10 membuat sebuah cerpen baru bertema: Malam.
- Genre: Bebas
- Aturan naskah: 3 s/d 5 halaman, spasi 1.5, TNR 12, margin standar.
- Pada naskah tidak perlu melampirkan biodata hanya menulis nama pena di bawah judul cerpen.
- Naskah dikirim ke email: unsam016@gmail.com, subyek : “tugas 1 unsam 2016”
- Batas waku mengirim naskah: 8 s/d 12 Sept 2015, jam 12 siang.
- Finalis yang mengirim tugas melewati batas waktu yang sudah ditetapkan maka otomatis terelimnasi.
- Tiga finalis dengan nilai terendah dari juri akan masuk bottom 3. Ada 2 finalis akan tereliminasi, dan 1 akan diselamatkan para admin Unsa.
Naskah, Jodoh dan Amal
Daku sering menjadi saksi, bagaimana para penulis mencurahkan pengalamannya. Bahwa naskahnya ditolak media A, tapi justeru mendapat kejayaan di media B. Atau… ada juga naskah yang kalah dalam suatu perlombaan, namun bisa lolos dan nangkring di koran.
Mungkin ini masih berkaitan dengan perbedaan selera sastra, ya?!
Hal ini jadi pengingat, termasuk pada diriku sendiri, bahwa kita mesti terus berkarya. Selagi ada kesempatan, dan mumpung mau juga. Jangan sampai berpikiran… buat apa terus berkarya, kalau belum pernah lomba? Atau, buat apa terus nulis kalau belim tembus media massa?
Sepertinya kita mesti meluruskan ‘kesalahpahaman niat’ dulu. Mestinya kita bertanya balik… kita berkarya untuk apa? hidup tanpa karya… bisa keren, enggak?
Di zaman sekarang… mempublikasikan sesuatu, termasuk karya tulis, sudah sangat terbuka lebar. Itu pun kalau kita pengin tulisan sendiri dibaca orang. Walau sekadar disebar di note fesbuk, atau di blog seperti ini. Yang penting sampai ke pembaca. Yang lebih penting lagi ada manfaatnya, buat diri sendiri maupun pembaca.
Daku jadi ingat salah-satu nasihat abang sekaligus mentorku, Mas Ivan (yang punya kembangpete.com); terus berkarya, sekalian memupuk amal juga. Ah… aamiin. #RD
Related
You may also like
-
Mengikuti Pelatihan Metodologi Instruktur Lembaga Pelatihan Swasta (ILPS) Tahun 2017Mengikuti Pelatihan Metodologi Instruktur Lembaga Pelatihan Swasta (ILPS) Tahun 2017 Ada yang “tidak beres” padaku selama kurun waktu 3 minggu. Saya tidak menulis di blog atau
-
Daftar “Best Moments” Dalam Hidup KitaDaftar “Best Moments” Dalam Hidup Kita Tepikan dulu kegalauan hati dan kehadiran airmata kita ya, Bro-Sist… Bisa kita sisihkan waktu untuk membuka diary, mengingat-ingat, atau meresapi
-
Cerita PPL; The Twelfth in X.6Cerita PPL; The Twelfth in X.6 ~Episode Remedial Di Kelas X.6~ Apa yang lebih mendamaikan dari KBM jam terakhir? Sholat. Usai sholat dzuhur berjamaah dengan adik-adik,
-
Pengajar Mesti Pandai Berpura-puraPengajar Mesti Pandai Berpura-pura Selasa. Hari ini sebetulnya daku tak memiliki jadwal mengajar di LKP “S”. Sengaja, aku merampingkan jadwal. Yang tadinya full seminggu, jadi dikurangi
-
Hati-hati dengan Daftar Pertanyaan yang Bisa Menyakiti Hati Seseorang“Saya sampai sekarang belum pernah nanyain orang ‘kapan nikah’ dan ‘kapan punya anak’, terus terang…” Demikian potongan kalimat yang diutarakan Ustaz Abdul Somad. Sebagai orang berilmu
-
Bimbingan Skripsi; Prinsip Umum Penulisan SkripsiBimbingan Skripsi; Prinsip Umum Penulisan Skripsi Sabtu, 16 Maret 2013 Sesuai jadwal, sekitar pukul 2 siang, aku dan kawan-kawan mahasiswa/i yang dibimbing Pak Iwa Lukmana, segera
-
Belajar Dari Tiang Listrik; Kuat dan Tegar SekaligusDaku dan seorang teman perempuan pergi ke tempat fitness. Kami masih mengenakan sandal, sebab tadinya hanya berniat untuk jalan-jalan pagi saja. Sampai kemudian ada seorang lelaki