Puisi; Di Puncak Prau Aku Merindukanmu

Jejak sepatuku tergenang
Dini hari yang di guyur hujan
Sepanjang jalan aku merindukanmu
Tak tertutup badai kabut
~
Lonte sore yang basah
Jemari beku menggerakkan batu
Di puncak gunung kuukir namamu
Tak terhapus badai kabut
~
Edelweis yang menghilang
Aroma Dieng selalu pekat
Surya seperti tertidur
Disembunyikan badai kabut
~
Kulepas jubah tubuh menggigil
Kulepas segalanya tubuhku menggigil
Kukenakan jubah tubuhku menggigil
Kukenakan segalanya berlindung di api unggun
~
Menggigil tubuhku tetap begitu
Sekujur tubuhku merindukanmu
Tak merasa badai kabut
Tak kurasa semua selain rindu
~
Kuningan, 16 Februari 2016