Puisi; Otak dan Hati
Puisi; Otak dan Hati

Via: favim.com
Samar-samar suara orang membuatmu meradang
Mereka sedang makan bangkai, bau amismu yang tersebar
Kamu sendiri tengah menyimak pertikaian hati dan otak
Mereka masih bersama, tapi sering berbeda pendapat
Otak tak punya hati, dan hati tak punya otak
Hati beranggapan kalau otak begitu kejam
Dan, otak sendiri menganggap kalau hati itu begitu dungu
~
Kamu berkontemplasi,
Tentang semua orang yang bisa jatuh cinta pada kesendirian
Yang tertutup, atau yang menunjukkan keterbukaan
Tapi siapa yang naksir perasaan kesepian?
Otak tersenyum ketika hati tengah manyun
~
Tanganmu menampar angin, ada wajah yang mengabutkan pandangan
Kamu dengan mudah dilupakan oleh orang yang tak terlupakan
Kamu mempertaruhkan semesta demi membahagiakannya
Tapi dia sendiri yang menaruhkan… sepi dan duka
~
Otak mencekikmu agar membinasakan, mengalihkan pikiran
Tapi hati terus mengucurkan sayang, mengalirkan pengampunan
~
Kamu tak ingin, karena esa, lalu dirimu dipeluk oleh tubuh yang dingin
Kamu tak ingin, karena sangsi, lalu dirimu memain-mainkan hati yang asing
~
Kamu tidak sendirian, hatimu yang bilang
Kamu sedang duduk bersama kesepian
Tapi malam itu semakin larut, otakmu bersungut-sungut
Kamu sedang merajut hari yang semrawut
~
Orang-orang dan aneka ceritanya datang, menghampirimu
Lalu mereka pergi, sering tanpa kabar lagi
Tetapi semua itu tak jadi masalah, selama jejaknya bisa dihapus dengan mudah
Otak sudah bersiap
Tapi hati tak bergerak
~
“Jangan kalian bicara tentang kedewasaan
Kalian tak memahamiku
Kalian menyakitiku”
~
Otak mendengus
Ia membuka tirai, menampilkan reruntuhan yang bisa kamu sentuh
Lalu hati menunjukkan sebuah istana
Yang semakin kamu dekati, bangunan itu malah semakin menjauh
~
Tanganmu menampar angin, ada wajah yang mengabutkan pandangan
Kamu dengan mudah dilupakan oleh orang yang tak terlupakan
Kamu mempertaruhkan semesta demi membahagiakannya
Tapi dia sendiri yang menaruhkan… sepi dan duka
#RD
Kuningan, 19 Mei 2016