Puisi; Lelaki yang Terlambat Kudekap
Puisi; Lelaki yang Terlambat Kudekap

Karya: Fernando Cobelo
Setelah mendengar kabar tentangmu, langkah kakiku memburu
Kuingat masa, sewaktu kuintip kamu yang sedang menangis dan menyeka air mata
Lalu kamu mencium kedatangan orang-orang
Tangismu mereda dan bibirmu melengkung, tetapi kulihat isak di matamu
Entah bagaimana bisa,
Dan, kamu begitu lihai sekaligus tolol di waktu itu
Aku ingin memelukmu
Orang-orang itu sudah kehilangan fungsi penglihatan
Mereka sudah tak bisa menakar rasa, sekaligus tak peka suara
Kamu hanya tersenyum
Lalu, kamu tertawa sampai mulutmu menganga
Tetapi mereka seperti tak mendengarnya
Bahkan ketika kamu mengerang
Tanganmu menggapai-gapai, sampai suaramu begitu parau
Oh, aku ingin memelukmu
Aku bicarakan itu padamu, tetapi kamu tak pernah mengerti
Kamu menjawabnya dengan diam, bahasa yang tak pernah kupahami
Kuingat ketika kamu bilang,
Mereka akan memalingkan pandangan kalau kamu membuat kejutan
Bukan hanya senyum, tawa, tangis, atau pun pekikan
Di hari itu, kudengarkan saja ocehanmu
Tentang sebuah perjalanan yang sangat panjang
Yang kamu tempuh dengan rasa utuh
Tetapi katanya kamu kelelahan, dan badanmu tak kuasa menahannya
Kamu ambruk, kaca-kaca di matamu pun ikut remuk
Sambil terbata, kamu sempat berkata, kamu tak punya rumah tapi kamu ingin punya tempat pulang
Dan, aku terus mendengarkanmu dengan lebih seksama
Sampai kemudian pandangan kita bertabrakan
Kulihat ada percikan cahaya
Percikan itu bertambah banyak, bergumul menjadi api yang sangat lahap
Aku ingin memelukmu, sungguh, tetapi kamu begitu panas
Kuingat ketika kamu tiba-tiba berteriak,
Kamu merasa dijebak sampai terlalu terbuka
Sampai aku tahu semuanya
Dan, kamu tak mau terlihat dungu
Kamu mengusirku
Sama seperti yang kamu lakukan pada orang-orang itu
Kini setelah mendengar kabar tentangmu, langkah kakiku memburu
Di hadapanku, tubuhmu yang pernah memanas sudah kaku beku
Menggelantung dengan lidah yang menjulur
Seakan-akan meledek sambil mengingatkan;
Mereka akan memalingkan pandangan kalau kamu membuat kejutan
Bukan hanya senyum, tawa, tangis, atau pun pekikan
Sialan, kamu benar!
~
Kuningan, 31 Juli 2017