Puisi: Saya Bergosip Tentangmu Pada Tuhan
Puisi: Saya Bergosip Tentangmu Pada Tuhan

Via: respectwomen.co.in
Saya membicarakanmu di belakang, ketika kamu tak bisa melihat dan mendengar
Tetapi suara saya tak keras-keras;
cukup terdengar oleh yang lebih lekat dari jalanan napas
Kami bertemu, ketika matahari mengorbankan diri,
agar bulan dan bintang bisa terbit di langit yang ikut tak terik
Ketika kesadaran tubuh-tubuh yang berjiwa sedang selonjoran
Tak bereaksi dalam segala aksi
Saya membicarakanmu, lupa bagaimana rasanya malu
Tetapi saya jadi bersimpuh
Rela menciumi bumi
Yang mendengus melihat imanku mengurus
Kata orang, matamu memang sayu dan bibirmu bisu
Tapi telingaku mendengung, mendengar jeritanmu yang murung
Kamu ingat ketika kutanya langsung?
Dan, kamu menggeleng tersenyum
Tapi kuacuhkan indera penglihatanmu yang tiba-tiba bisa bicara;
mengutuk air mata yang ditelantarkan para penyekanya
Saya membicarakanmu di belakang, bahwa kamu menjadi pasien
Di klinik yang membuatmu semakin sakit
Mengobati dengan meracuni
Bahwa tembok hati bisa menangkal bakteri
Balutan tawa bisa mengobati lara
Dendam itu berparas rupawan
Sampai din tak membuatmu yakin
Saya membicarakanmu di belakang, bahwa kamu menjadi pesakitan
Dibui di hati dan pikiran
Menerjemahkan segala hal
Bahwa makna kepedulian itu sudah tiada, diganti dengan rekayasa
Cinta itu sudah terenggut nyawanya
Kehampaan itu sudah duduk di kursi raja
Kesia-siaan itu sudah memperjelas wajahnya
Saya membicarakanmu di belakang, ketika kamu tak bisa melihat dan mendengar
Tetapi suara saya tak keras-keras;
cukup terdengar oleh yang lebih lekat dari jalanan napas
Hadirlah juga,
ketika matahari mengorbankan diri,
agar bulan dan bintang bisa terbit di langit yang ikut tak terik
Ketika kesadaran tubuh-tubuh yang berjiwa sedang selonjoran
Tak bereaksi dalam segala aksi
Kalbu merapuh,
Sedang sama-sama tak utuh
Kuningan, 24 Februari 2017