Untuk Seseorang, Semoga Kamu Jadi Sosok Lebih Keren Dari yang Ada di Media Sosialmu

image via: itknowledgeexchange.techtarget.com
Sebenarnya daku sudah cukup berhasil untuk tidak stalking akun medsos orang lain. Kecuali akun seni/ seniman, musisi kesukaan, mesin quotes, produsen meme, humor tertentu, dan kadang kalau sedang sadar, akun yang beraroma agama juga.
Tetapi seringkali kamu update ketika daku sedang sibuk nyekrol. Daku jadi gagal fokus. Dan, ah… kamu masih seperti yang dulu. Sekali update, unggahanmu biasanya lebih dari satu. Senyumanmu mekar. Latar belakang potomu kece, sampai daku sering ngiler. Teman-temanmu berwajah supportif. Pasanganmu juga terlihat penyayang.
Ketika kamu nyepam itu, daku pernah risih, tau!

Image via: @dannyagha (sekadar ilustrasi)
Habisnya postinganmu kadang lebih rewel dari para netizens. Entah berapa kali sehari kamu mengunggah poto, disertai kepsyen yang kadang masih itu-itu juga; ‘selamat pagi’, ‘otw kerja’, ‘makan siang dulu’, ‘duh panas banget!’, ‘yah hujan!’, ‘abaikan muka lusuhku’, ‘lagi sama bebeb kesayangan nih’,’ rindu kamu’, ‘maskeran dulu biar gak nabrak tiang listrik’, bahkan sampai ‘selamat malam’. Kadang kamu juga merangkai caption sendiri, atau repost dari Tere Liye, Dilan, potongan lirik lagu, dialog film, novel, atau pengguna medsos lain.
Oh tak lupa, kamu juga membeberkan informasi di mana berada.
Daku dan semua pengikutmu jadi tahu tentang duniamu. Rupanya kamu ini hobi mengoleksi memori, gak bisa diem, sibuk, suka wara-wiri, pekerja keras, banyak duit, kameramu bagus, up to date alias kekinian, sahabatmu solider, seleramu berkualitas, pergaulanmu luas, keluargamu rukun, dan punya pasangan idaman. Kamu share semua itu.
Jadi anak zaman now, huh?

Image via: mpora.com
Jangan heran ya kalau kami cemburu. Di dunia yang kerap tak berpihak pada kaum jomlo, tega bener kamu pamer kemesraan. Pasanganmu benar-benar jadi dambaan. Dia cakep, romantis, dan sering ngasih kejutan bahagia. Pantesan caption yang kamu tulis selalu so sweet, sampai hampir bikin diabetes. Hehe
Dari media sosial saja, kami jadi tahu betapa kamu ini lovable banget. Orang-orang di sekitar menyayangimu. Bahkan pekerjaan dan segala kegiatan yang dilakukan pun ramah padamu.
Selain itu, kamu juga selalu membagikan segala kemajuan dan pencapaianmu. Kamu benar-benar berubah. Jadi pangling.

Via: dailymail.co.uk
Tubuhmu jadi proporsional, parasmu semakin rupawan, vibes-mu jadi tambah positif, dan kepercayaan dirimu meroket. Kadang-kadang daku enggak jadi membubuhkan tanda love karena iri juga dengan segala goals-mu itu. Huhu…
Baca Juga: 36 Pikiran yang Membuat Kita Selalu Bersikap Positif
Kok bisa, sih? Kamu keren luar-dalam. Penampilan fisikmu semakin kece, kesuksesanmu sudah tampak, dan kemandirianmu semakin kukuh saja.
Kamu sadar, tidak? Bagi para followers, kamu sudah jadi sosok idola. Mayoritas ingin meniru gayamu, ingin mengunggah postingan sepertimu, ingin dimention/ ditag olehmu, ingin direspons olehmu, dan pokoknya meneladani sepak terjangmu.
Hanya saja, seringkali beberapa postingamu bikin daku termenung.

Image via: ndimuthumuvenda.blogspot.com
Daku rasa, daku masih tahu siapa kamu yang sebenarnya.
Kamu tak selamanya bahagia seperti yang diumbar di media sosial. Daku sering memergokimu menangis. Kamu sering curhat tentang pasanganmu yang menyebalkan, yang kata-katanya berubah jadi samurai menancap ke hatimu. Katamu, dia selalu berjanji akan berubah menjadi sosok yang lebih baik, tetapi nyatanya bahkan tak berubah. Kamu membenci itu.
Kamu sebenarnya benci ketika terus-terusan percaya pada kebohongan yang sama.

Image via: Poundit.com
Daku ada di sampingmu ketika kamu cekikikan sambil mengedit potomu. Ajaib. Mukamu jadi lebih bersih. Tubuhmu jadi lebih ideal. Oh, kamu tidak ingin kekuranganmu dilihat publik.
Ketika mengunggah poto sambil nulis ‘abaikan wajah baru bangun tidur’, sebenarnya kamu butuh waktu berjam-jam untuk menghasilkannya. Potomu yang innocent, tapi cute dan tetap cakep.
Baca Juga: Suka Sama Poto Selfie Sendiri Tapi Enggak Suka Sama Poto Selfie Orang Lain
Kamu tak bisa membohongiku. Ketika memosting poto senyuman lebar itu, daku tahu keceriaan itu palsu. Kenapa kamu menyembunyikan dukamu pada dunia? Apa takut mereka ikut bersedih juga? Aw…
Entah ingat atau tidak, kamu pernah mengaku merengek meminta uang pada orang tua. Kamu ingin berkunjung ke tempat-tempat nongkrong yang instagrammable. Kukira tujuanmu benar-benar untuk mereview, ternyata kamu hanya ingin mampir untuk selfie saja. Tak jarang kamu memotret makanan atau minuman orang lain, lalu memostingnya di akun medsosmu. Hadeuh… kamu.
Mungkin daku juga seperti kamu. Ya, kita hobi over-sharing sesuatu dengan versi terbaiknya. Kalau terlalu jujur, ada ketakutan orang lain tak akan suka atau malah membully online. Ada ketakutan juga, nanti reputasi kita jadi jelek. Kita tak mau dikasihani, maunya itu diakui.
Apakah tingkah kita itu enggak parah?
Daku benar-benar sedang belajar untuk tidak menyiksa diri seperti itu.
Hhh… tetapi daku berharap agar kamu menjadi sosok yang dipotretkan dalam media sosialmu. Mudah-mudahan kamu betulan keren, mandiri, tegar, positif, sukses, makmur sejahtera, dan bahagia. Mudah-mudahan senyuman yang kamu umbar itu memang natural. Mudah-mudahan pasangan dan teman-temanmu benar-benar tulus penyayang.
Tak ada filter atau aplikasi. Tak ada pencitraan. Tak ada cerita kesedihan dan penderitaan di baliknya. Semoga! Untuk Seseorang, Semoga Kamu Jadi Sosok Lebih Keren Dari yang Ada di Media Sosialmu. #RD